PENGERTIAN BELAJAR
Istilah
belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini,
hampir semua orang mengenal istilah belajar. Lebih–lebih setelah dicanangkannya
wajib belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya masing–masing orang
mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenarnya ia telah
melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia.
Mengapa
manusia melaksanakan aktivitas belajar? Jawabannya adalah karena belajar itu
salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka
sebenarnya di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar. Pada masa sekarang
ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia.
Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan “ ritual–ritual”
belajar.
Apa
sebenarnya belajar itu, banyak ahli yang memberikan batasan. Belajar mempunyai
sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan – kegiatan lain yang bukan
belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar
dapat disebut dengan belajar.
Dalam
pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan
tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini
dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai
orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya
didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak
berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.
Pengertian
belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang.
Guru tidak dipandang sebagai satu – satunya sumber informasi yang dapat memberikan
informasi apa saja kepada para pembelajar.
Dalam pandangan psikologis,
menurut Ali Imron (1996:2 – 14), ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu :
·
Pandangan Psikologi Behavioristik.
Menurut
psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal
dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor–faktor
kondisional yang diberikan oleh lingkungan. Tokoh–tokoh psikologi behavioristik
mengenai belajar ini antara lain : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.
Teori kondisioning
ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson. Setelah mengadakan eksperimentasi,
Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri
seseorang dapat dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus –
stimulus yang dialami.
Menurut
Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba– coba (trial and error).
Mencoba – coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus
memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba – coba ini seseorang mungkin akan
menemukan respons yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
·
Pandangan
Psikologi Kognitif
Menurut
psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu.
Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar.
Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan
respon – respon lainnya guna mencapai tujuan.
·
Pandangan Psikologi Humanistik
Pandangan
psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan psikologi
behavioristik. Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar dilakukan dengan
cara memberikan kebebasan yang sebesar – besarnya kepada individu.
Salah
seorang tokoh psikologi humanistic Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi. Ia
mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan
dibiarkan belajar bebas. Siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga
ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan
– keputusan yang ia ambil atau pilih.
·
Pandangan Psikologi Gestalt
Tokoh
psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer. Menurut pandangan
psikologi Gestalt, belajar adalah terdiri atas hubungan stimulus respon yang
sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses berpikir. Dalam belajar
ditanamkan pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari.
Sebagaimana
disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya pengalaman.Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan
melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan
lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja. Perubahan yang semata–mata
karena kematangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan
akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya
perubahan tingkah laku.
Menurut beberapa ahli, pengertian belajar adalah sebagai berikut:
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan ”belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan
harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada
daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan”.
Howard L
Kingsly yang dikutip oleh Wasty Sumanto (1998:104) menyatakan bahwa belajar
adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditumbuhkan atau diubah
melalui praktek atau latihan-latihan. Dengan demikian belajar memang erat
hubungannya dengan perubahan tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan
dalam tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku
seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang tersebut.
Sementara
itu, Slamento (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Lisnawaty
Simanjuntak (1998: 38) juga memiliki pendapat bahwa belajar adalah perubahan
yang relatif menetap dalam potensi tigkah laku yang terjadi sebagai akibat dari
latihan dengan penguatan yang tidak termasuk perubahan-perubahan karena
kematangan, kelelahan, dan kerasukan pada susunan syaraf atau dengan kata lain
mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang
yang belajar.
Dalam proses
belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kemauan dan minat
siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya. Perbedaan kemampuan siswa
mengakibatkan perbedaan waktu untuk menguasai materi pembelajaran.
Sementara
itu Ischak dan Warji R seperti dikutp oleh Supriadin (2002: 14) mengemukakan
bahwa ” apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap faktor
ketahuan, kesempatan belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami
pelajaran maka setiap siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang
diberikan”.
Dari teori
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di
dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman
dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk
mengumpulkan pengetahuan–pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan,
dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung
terus–menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam
mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
PENGERTIAN MENGAJAR
Mengajar merupakan suatu proses yang
kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa. Banyak
kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil
belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian
mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliput
seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.
Mengajar adalah :”segala upaya yang
disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan”.
Bila diterima pengertian ini,
sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa siswa belajar. Oleh karena
itu upaya apa pun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja- denga penuh
rasa tangung jawab-mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. Tujuan itu
dicapai melalui proses pengajaran, sedangkan kemungkinan terjadinya proses
belajar iu sendiri amat beraneka ragam. Bila terjadi guru tampil di depan kelas
untuk mengajar (langsung) dapat pula menggunakan perangkat pengajaran.
Rumusan pengertian di atas sejalan
dengan pandangan willam H burton yang menyatakan bahwa “mengjara adalah
upaya dalam member perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan
kepada siswa agar terjadi proses belajar” (chaulan 1977:4)
Bertitik tolak pada pengertian tadi,
burton mamandang bahwa bahan pelajaran hanya sebagai bahan perangsang saja.
Sedangkan arah yang akan dituju oleh proses belajar adalah tujuan pengajaran
yang diketahui siswa, dengan strategi mengajar teetentu proses belajar dapat
terbimbing secara lebih baik.
Semua upaya sebagaimana dirumuskan
oleh berton bila dikaji secara cermat, pada hakekatnya merupakan upaya guru
dalam “member kemungkinan” bagi siswa agar terjadi proses belajar. Pandangan
ini sejalan dengan Gagne & Briggs (1979:3) yang menyatakan bahwa:
“instruction is a set of event which offect learners in such
a way that learning is facilitated”
Gagne & Briggs dalam hal ini
juga melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pengajaran.
Jadi, yang penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan, tetapi
bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai tujuan. Hal ini berarti bahwa
upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa terjadi yang dapat
mempengaruhi siswa belajar. Rangkain peristiwa tersebut diperbuat guru dengan
harapan dapat member kemungkinan terjadinya proses belajar. Oleh karena itu,
peristiwa yang terjadi pun cukup banya-bervariasi.
TUGAS
GURU
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa
seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas
manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan
pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan
estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan
atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis
yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar
dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya.
Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri
dan pengertian tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka
pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan
integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa
tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru
seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk
mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk
turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah
keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di
mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai
warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah
digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama
dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar
di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator,
motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka
guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek
komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat
anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin
komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di
dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan
diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya
melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui
suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan),
melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang
biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga
kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas
manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan,
pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda
namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang
diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada
umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat
sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru
atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga
kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang
bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru
ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan
untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar)
atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia
dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang
membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan
bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia
adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training
menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang
kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar
tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik
dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia
terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak
dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan
pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di
lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya,
kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya.
Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat
berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang
melaksanakannya juga berbudaya.
Untuk
menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu
:
1. Orang yang disiapkan menjadi guru
ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu menguasai satu
atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur
pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat
dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan
kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa
seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang
baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya
biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching),
selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas
dianggap menjadi guru.
2. Guru tidak hanya harus menguasai
satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus
juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya.
Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang
dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang
kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.
3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga
kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan
praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus
mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena
mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang
populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter
yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar
dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan.
Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk
kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan
diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan
berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan
mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang
itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih
berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu
(1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4)
pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6)
pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
1. Peran guru sebagai pendidik
(nurturer)
Merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan
(supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar
anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam
keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih
lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu
tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai
penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak
agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Peran guru sebagai model atau contoh
bagi anak.
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh
atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua
atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa
Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi
oleh nilai-nilai Pancasila.
3. Peranan guru sebagai pengajar dan
pembimbing dalam pengalaman belajar.
Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan
kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual
dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan
tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal
tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai
hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk
mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
4. Peran guru sebagai pelajar (leamer).
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak
ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya
terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional,
tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
5. Peran guru sebagai setiawan dalam
lembaga pendidikan.
Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang
memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara
langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
6. Peranan guru sebagai komunikator
pembangunan masyarakat.
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam
pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
7. Guru sebagai administrator.
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar,
tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh
karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan
secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana
mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga
bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
PROFESIONALISME
GURU
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia Pasal 39 ayat 3 dinyatakan bahwa pendidik yang
mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menegah disebut guru. Sementara itu, tugas
guru sebagaimana disebutkan dalam Pasal 39 ayat 2 adalah merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Hal ini berarti bahwa selain mengajar atau proses pembelajaran,
guru juga mempunyai tugas melaksanakan pembimbingan maupun pelatihan pelatihan
bahkan perlu melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sekitar.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka
seorang guru harus mempunyai sejumlah kompetensi atau menguasai sejumlah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terkait dengan bidang tugasnya.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dapat mencakup kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.
Kompetensi pedagogik adalah berkaitan dengan kemampuan mengelola pembelajaran,
sedang kompetensi kepribadian adalah kemampuan pribadi yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi
sosial berkaitan dengan kemampuan hubungan antar pribadi dan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan, kompetensi professional adalah kemampuan dalam
penguasaan materi pembelajaran dan bidang keahliannya.
Guru yang mempunyai kompetensi profesional akan terlihat
dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah/madrasah tempat ia
bekerja. Menurut Muhaimin (2001:63), mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan
telah mempunyai kemampuan profesional jika pada dirinya melekat sikap dedikatif
yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil
kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan
memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan jaman yang
dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas
menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada jamannya dimasa yang akan
datang.
Dalam konteks proses pembelajaran di kelas, guru yang
mempunyai kemampuan professional berarti yang bersangkutan dapat melaksanakan
proses pembelajaran secara efektif. Menurut Davis dan Thomas, bahwa guru yang
efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pertama, mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim
belajar di kelas yang mencakup :
1)
memiliki keterampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk menunjukkan
empati, penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan
2)
menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik
3)
mampu menerima, mengakui dan memperhatikan peserta didik secara ikhlas
4)
menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar
5)
mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam dan
antar kelompok peserta didik
6)
mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan merencanakan kegiatan
pembelajaran
7)
mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai haknya untuk berbicara dalam
setiap diskusi
8)
mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen
pembelajaran, yang mencakup
1)
mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi peserta didik yang tidak
mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan perhatian, dan mampu memberikan
transisi substansi bahanajar dalam proses pembelajaran
2)
mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang
berbeda untuk semua peserta didik.
Ketiga, mempunyai kemampuan yang terkait dengan pemberian
umpan balik (feed back) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri atas
1)
mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon peserta didik
2)
mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap peserta didik yang
lamban dalam belajar
3)
mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang
memuaskan
4)
mampu memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika diperlukan.
Keempat, mempunyai kemampuan yang terkait dengan peningkatan
diri yang mencakup
1)
mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
2)
mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran
3)
mampu memanfaatkan perencanaan guru secara berkelompok untuk menciptakan dan
mengembangkan metode pembelajaran yang relevan dalam (Suyanto, 2001:3).
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru dalam
pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik institusi
maupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun masyarakat.
Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup
mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunya
bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian yang baik. Pekerjaan
penyemaian yang baik itu adalah pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki
peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita
umumnya.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya
bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan
profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau
komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata.
Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang
mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau
penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama sekali.
Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui
keharusan membuat satuan pelajaran (SP). Padahal, seorang guru yang telah
memiliki pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola
belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat SP
maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya. Akadum (1999:16) menyatakan
dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang
pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama
pengambil kebijakan;
(1)
profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya
gaji berimplikasi pada kinerjanya;
(2)
profesionalisme guru masih rendah.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain :
(1)
masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk
meningkatkan diri tidak ada
(2)
belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara
maju
(3)
kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak
guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan
sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan
(4)
kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan
tinggi.
Akadum (1999:17) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya
profesionalisme guru :
(1)
masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total
(2)
rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan
(3)
pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih
belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan
(4)
masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikan kepada calon guru
(5)
masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat
politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group
agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa
mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggotanya.
Dengan melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme
guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi
guru.
PROSES PEMBELAJARAN
Tugas guru dalam profesinya bahwa guru sebagai pendidik dan
sebagai pengajar. Akan tetapi dari kedua peran tersebut sehingga dapat terjadi
karena pembelajaran yang dengan tujuan bahwa guru dapat menciptakan suasana
yang dan situasi yang dapat diterima dalam belajar. Guru memainkan multi peran
dalam proses pembelajaran yang menyelenggarakan dengan tugas yang amat
bervariasi. Jika seorang guru telah berpegang dengan ketentuan dan amat
bervariasi sehingga di dapatkan guru dapat mewujudkan suasana yang belajar dan
mengajar.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi
bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan
hidup bangsa ditengah-tengah lintas perjalanan zaman dengan teknologi yang kian
cangggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi
nuansa kepada kehudupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk
mengadaptasikan diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin
terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kendala sebagai seorang
pembangunan. dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan
tercermin dari potret dari guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan
bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.
- Guru Sebagai Demonstrasor, melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya nantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya kerena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
- Guru Sebagai Pengelola Kelas, dalam perannya sebagai pengelola kelas (Learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik ialah yan bersifat menantang dan merangsang siswa unuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diarapkan.
- Guru Sebagai Mediator , sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
- Guru Sebagai Fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang beguna serta dapat menujang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar.
- Guru Sebagai Evaluator, untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar dikatakan berhasil dan guru mampu mengoreksi selama proses belajar mengajar yang masih perlu untuk diperbaiki atau dipertahankan.
Gage
dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik,
yang mencakup :
- Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
- Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).
- Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan
tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut
guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan
profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi
satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan
pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di
jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai
di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran
informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal
ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua
maupun masyarakat.
Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru
perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping
itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas
pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan
guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah
efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya.
Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir
memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke
tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sedang berlangsung.
UPAYA PENINGKATAN BELAJAR SISWA
Guru yang
profesional bukan hanya sekedar alat transmisi kebudayaan, tetapi
mentransformasikan kebudayaan itu ke arah budaya yang dinamis yang menuntut
penguasaan ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi dan kualitas karya yang
dapat bersaing. Lembaga pendidikan (sekolah) merupakan wadah para siswa dalam
menggali ilmu pengetahuan, salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi
tingkat hasil belajar siswa adalah potensi motivasi belajar yang ada pada diri
siswa. Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar
serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
Kompetensi guru
meliputi empat kategori. Pertama, kemampuan guru dalam merencanakan program
belajar mengajar. Kedua, kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran.
Ketiga, kemampuan guru dalam melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. Dan keempat, kemampuan
dalammenilai kemajuan proses belajar mengajar.
Adanya motivasi
belajar yang kuat membuat siswa belajar dengan tekun yang pada akhirnya
terwujud dalam hasil belajar siswa tersebut. Oleh karena itulah motivasi
belajar hendaknya ditanamkan pada diri siswa agar dengan demikian ia akan
dengan senang hati mengikuti materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di
sekolah. Perlu ditanamkan pada diri siswa bahwa dengan belajarlah akan
mendapatkan pengetahuan yang baik, siswa akan mempunyai bekal menjalani
kehidupannya di kemudian hari. Hal hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
pada diri siswa dapat timbul dari dirinya sendiri, lingkungan sekolah maupun
dari lingkungan keluarga. Mengingat akan pentingnya motivasi belajar ini dalam
kegiatan belajar mengajar, maka sudah seharusnya berbagai pihak yang terkait
dengan bidang pendidikan menaruh perhatian sebaik-baiknya.
Selain hal yang
berhubungan dengan potensi yang ada dalam diri siswa, guru mampu melakukan
berbagai teknik diantaranya dengan meningkatkan kemampuan dan kecepatan
belajar. Berikut ini Prinsip,konsep dan strategi Belajar Cepat yang
dipostingkan oleh Drs. H. Hamruni, M.Si yang memungkinkan guru meningkatkan
fungsi dan perannya sebagai media profesional.
Prinsip-Prinsip Belajar.
Percepatan
belajar adalah sebuah konsep pembelajaran yang berupaya untuk mengoptimalkan
proses internal dalam diri peserta didik ketika sedang belajar, sehingga
terjadi perolehan, pengorganisasian dan pengungkapan pengetahuan baru. Upaya
percepatan belajar yang dikenal dengan konsep Accelerated Learning dalam
penerapannya didasarkan pada prinsip-prinsip berikut
1. Belajar Bagaimana Belajar (Learning How to Learn) dan Belajar
Bagaimana Berpikir (Learning How to Think).
Lembaga
pendidikan modern adalah suatu lembaga yang seharusnya terus menerus belajar,
terus menerus berubah karena hasil belajar dari pengalaman atau dari
pemikiran-pemikiran inovatif dalam mengantisipasi perubahan yang datang.
Prioritas utama bagi sebuah lembaga pendidikan pada masa yang berubah sangat
cepat seperti sekarang ini adalah mengajarkan kepada anak didik bagaimana cara
belajar dan bagaimana cara berpikir. Belajar Bagaimana Belajar menjadi begitu
penting, karena ketika seseorang mempelajari cara belajar, kepercayaan dan
keyakinan dirinya akan meningkat. Belajar Bagaimana Belajar berarti mempelajari
cara otak bekerja, cara memori bekerja, cara menyimpan informasi, mengambilnya,
menghubungkannya dengan konsep lain, dan mencari pengetahuan baru dengan cepat
kapanpun memerlukannya. Selain itu, belajar bagaimana berpikir secara logis dan
kreatif adalah satu hal yang sangat penting jika ingin dapat memecahkan masalah
sosial dan personal secara efektif.
2. Belajar harus menyenangkan dan
membangun rasa percaya diri.
Menjadikan
proses belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan adalah sangat penting. Karena
belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi individu untuk
memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar. Dalam bukunya
Quantum Learning, Bobbi De Porter dan Mike Hernacki mengangkat hal tersebut sebagai
falsafah dasar yang harus dikembangkan dalam kurikulum. Tidak jauh berbeda
dengan falsafah yang diangkat dalam Quantum Learning serta pendapat Syaibany
tersebut, maka Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl juga mengangkat hal ini
sebagai salah satu filosofi Accelerated Learning. Syarat bagi pembelajaran yang
efektif adalah dengan menghadirkan lingkungan “seperti masa kanak-kanak”, yang
mendukung dan menggembirakan (“bermain”). Pandangan ini dipromosikan oleh
seorang ahli psikologi terkenal, Mihaly C., yang selama lebih dari 20 tahun
mengkaji apa yang disebut “aliran”, yaitu keadaan konsentrasi yang
menghantarkan pada pengalaman yang optimal, suatu kesadaran yang demikian
terfokus, sehingga pelakunya terserap penuh dalam suatu kegiatan. Apabila
proses belajar mengembirakan, maka motivasi akan tinggi. Itulah sebabnya
mengapa peran lingkungan sangat penting dan mengapa para guru harus
memperlihatkan antusiasme mereka kepada anak didik.
3. Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori dan
multi-model dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan.
Dalam proses
belajar mengajar di kelas, guru berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda jenis
kecerdasannya. Ada sebagian siswa yang membutuhkan penggambaran visual dan
fisik dari konsep-konsep yang diajarkan. Sebagian lagi lebih suka kerja otak
yang abstrak, sebagian lainnya memerlukan gagasan-gagasan yang diungkapkan
secara verbal. Selain itu, ada pula yang lebih suka jika diberi jawaban-jawaban
secara langsung. Dengan demikian, guru harus siap melibatkan berbagai berbagai
jenis kecerdasan yang dibawa oleh siswa ke dalam kelas. Colin Rose dan Malcolm
J. Nicholl membagi gaya belajar menjadi tiga, yaitu visual, auditori, dan
kinestetik. Cara yang efektif dalam belajar yaitu menggunakan sebanyak mungkin
kecerdasan secara praktis. Dengan cara inilah seseorang akan mengalami dan
menghayati apa yang tengah dipelajari secara utuh. Guru tidak perlu khawatir
untuk mengidentifikasi gaya belajar yang disukai setiap siswa. Namun demikian,
guru harus mampu merancang berbagai macam aktivitas yang mengga-bungkan
sebanyak mungkin jenis kecerdasan. Dengan memasukkan kecerdasan berganda ke
dalam isi dan rancangan pembelajaran, maka guru telah membantu siswa secara
otomatis mendapatkan lebih banyak makna dan rangsangan otak dalam proses
belajarnya, sekaligus memberinya lebih banyak variasi dan kesenangan, serta
mengembangkan dan memperkuat kecerdasan mereka.
4. Orang tua khususnya dan masyarakat umumnya harus terlibat sepenuhnya
dalam pendidikan anak-anak.
Pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Sekolah hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab
pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga. Peralihan
bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah (formal)
memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Pembelajaran ini
tidak akan berjalan dengan sempurna kecuali dengan adanya dua syarat pokok,
yaitu: (1) pengarahan di rumah dan di sekolah hendaknya tidak bertentangan; (2)
hendaknya saling membantu dan kerjasama itu bertujuan untuk menegakkan
penyempurnaan dan keseimbangan dalam upaya membina pribadi yang Islami.
Orang tua harus
dilibatkan secara penuh dalam pendidikan anak-anak. Orang tua adalah orang yang
paling mengetahui anak-anaknya. Merekalah orang yang paling tahu riwayat hidup
seorang anak dan cara khasnya mendekati dunia sekitarnya. Setiap orang tua
harus membuat para guru sadar akan bakat “terpendam” yang dimiliki anak-anak
mereka. Oleh karena itu rumah menjadi lembaga pendidikan terpenting dan orang
tualah yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama.
5. Sekolah harus menjadi
persiapan yang sebenarnya bagi kehidupan dunia nyata.
Dilihat dari
segi fungsi sosialnya, maka sekolah mempunyai beberapa fungsi yang harus
diperankannya. Fungsi sekolah tersebut antara lain:
a. Mempersiapkan anak untuk
suatu pekerjaan
b. Memberikan keterampilan dasar
c. Membuka kesempatan
memperbaiki nasib
d. Sekolah menyediakan tenaga
pembangunan.
Sedikit berbeda
dengan fungsi sekolah menurut Nasution, dalam Accelerated Learning sekolah
memegang peranan penting untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi
kehidupan yang akan dijalani. Masa-masa sekolah harus mempersiapkan para siswa
untuk tantangan-tantangan yang pasti akan mereka hadapi ketika keluar dari
sekolah. Mereka perlu disadarkan tentang harapan yang mereka pikul, tantangan
yang mereka hadapi, dan kemampuan yang perlu mereka kuasai.
6. Gunakan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management).
Prinsip-prinsip
manajemen mutu terpadu dalam bidang bisnis harus mengilhami dunia persekolahan.
Ada beberapa prinsip kunci dari TQM yang dapat membantu menuju sistem sekolah
yang sukses.
a. Mengkonsentrasikan pada
proses.
Manajemen Mutu
Terpadu bertujuan untuk secara berkesinambungan meningkatkan kualitas produk
(dalam hal ini hasil pendidikan) dengan melibatkan setiap orang dalam
meningkatkan proses yang dengannya “produk” itu diproduksi. Guru,
administrator, orangtua dan siswa harus memberikan masukan dan saran pada apa
yang diajarkan dan secara langsung dilibatkan dalam bagaimana ia dipelajari.
b. Kualitas ditentukan oleh
pelanggan.
Pelanggan di
sini adalah siswa dan orangtua. Pendidikan yang bekualitas akan mendorong minat
siswa dan membuatnya keranjingan belajar. Ketika siswa merasakan nikmat dan
senangnya belajar, maka motivasi ekstrinsik seperti nilai, hadiah dan ancaman
menjadi lemah dibanding motivasi intrinsik, yakni selalu ingin meningkatkan
prestasinya dari sebelumnya.
c. Produk akan dihasilkan oleh
visi awal.
Siswa perlu
dilibatkan dalam menetapkan norma dan aturan di dalam kelas, dan orangtua juga
harus dilibatkan dalam menetapkan visi yang jelas tentang untuk apa pendidikan
itu, karena dengan adanya kesepakatan tentang nilai dan visi bersama, maka
setiap pihak akan mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan tanpa harus diberi
tahu.
d. Seluruh sistem harus berubah,
bukan hanya sebagian.
Orang-orang
yang bekerja dalam sebuah sistem tidak dapat berbuat lebih baik dari yang
dimungkinkan sistem tersebut. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan, maka
haruslah mengubah sistemnya. Agar guru dapat memperoleh hasil yang diinginkan
dalam menerapkan gagasan-gagasan dalam Accelerated Learning maka semua guru,
pengelola sekolah, orangtua dan siswa harus bekerja sama untuk mencapai hasil
yang disepakati.
Konsep Cara Belajar Cepat
Konsep cara
belajar cepat diawali oleh pandangan Colin Rose dan Nicholl tentang adanya
beberapa hal yang menjadi karakteristik tahun-tahun terakhir. Keberhasilan pada
abad mendatang akan bergantung pada sejauhmana seseorang dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai kecepatan, kompleksitas,
dan ketidakpastian yang saling berhubungan satu sama lain. Perubahan dunia yang
begitu cepat menuntut kemampuan belajar yang lebih cepat. Hanya dengan dua
ketrampilan super inilah seseorang dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas
serta menjadi manusia yang secara ekonomi tidak bergantung dan tidak akan
menganggur pada abad ini. Kedua keterampilan tersebut akan menghasilkan
kemandirian dan kepercayaan diri. Kemandirian merupakan kemampuan untuk
mengelola cara belajar sejak dini, untuk menguasai informasi, dan untuk
mengetahui bagaimana menggunakan informasi tersebut guna menghasilkan
produk-produk dan jawaban-jawaban kreatif terhadap berbagai masalah.
Semua hal
tersebut berimplikasi pada kebutuhan mendesak akan keharusan melakukan suatu
perubahan, baik dalam apa yang dipelajari dan bagaimana ia dipelajari. Belajar
bagaimana belajar menjadi sangat penting karena ketika seseorang mempelajari
cara belajar, maka kepercayaan dan keyakinan dirinya akan meningkat.
Menurut Colin
dan Malcolm, belajar bukan hanya untuk mengetahui jawaban-jawaban, juga bukan
sekedar untuk mengetahui penggalan dari suatu batang tubuh pengetahuan. Belajar
juga tidak hanya diukur dengan indeks prestasi dan nilai ujian saja. Akan
tetapi belajar adalah petualangan seumur hidup, perjalanan eksplorasi tanpa
akhir untuk menciptakan pemahaman personal. Petualangan tersebut haruslah
melibatkan kemampuan untuk secara terus menerus menganalisis dan meningkat cara
belajar, serta kemampuan menyadari proses belajar dan berpikir diri sendiri.
Belajar haruslah dimulai sedini mungkin dan terus berlangsung seumur hidupnya,
serta mengimplementasikan apa yang dipelajari.
Seseorang akan
menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan ketika orang tersebut mampu
menggunakan bentuk-bentuk kecerdasannya yang paling kuat. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian orang mungkin kurang mampu dalam suatu jenis
kecerdasan. Akan tetapi karena gabungan dan paduan khusus keterampilan yang
dimilikinya, dia mungkin mampu mengisi dengan baik beberapa kekurangannya
secara baik.Tapi umumnya semakin baik seseorang mengembangkan kecerdasannya
yang lain, maka akan semakin luwes orang tersebut memenuhi tantangan dalam
kehidupan yang luas aspeknya.
Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-masing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl menyebutnya cara belajar cepat. Ketika para guru menggunakan cetak biru enam langkah yang sama, maka mereka akan menjamin bahwa pengalaman belajar adalah lengkap. Dan ketika para guru bekerja dalam urutan langkah-langkah tersebut, maka mereka akan merasakan bahwa itu menyenangkan, efektif, dan cepat.
Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-masing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl menyebutnya cara belajar cepat. Ketika para guru menggunakan cetak biru enam langkah yang sama, maka mereka akan menjamin bahwa pengalaman belajar adalah lengkap. Dan ketika para guru bekerja dalam urutan langkah-langkah tersebut, maka mereka akan merasakan bahwa itu menyenangkan, efektif, dan cepat.
Kecerdasan
hanyalah sehimpunan kemampuan dan ketrampilan. Seseorang dapat mengembangkan
dan meningkatkan kecerdasannya dengan belajar menggunakan kemampuannya sendiri
secara penuh. Strategi Cara Belajar Cepat akan memberikan “sarana usaha” untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan ini. Dan berikut ini penulis akan memaparkan
lebih jauh beberapa strategi cara belajar cepat.
Strategi Cara Belajar Cepat
Strategi cara
belajar cepat dalam Accelerated Learning merupakan paduan dari metode-metode
yang dibagi menjadi enam langkah dasar yang dapat dingat dengan mudah dengan
menggunakan singkatan M – A – S – T – E – R. Kata ini diciptakan oleh pelatih
terkemuka Cara Belajar Cepat (CBC) Jayne Nicholl. Adapun pengertian dari
M-A-S-T-E-R menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl adalah sebagai berikut:
1. M adalah Motivating Your Mind
(Memotivasi Pikiran)
Dalam
memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam keadaan pikiran yang “kaya
akal”, Itu berarti harus dalam keadaan relaks, percaya diri dan termotivasi.
Memiliki sikap yang benar terhadap belajar tentang sesuatu adalah prasyarat
mutlak. Seseorang harus mempunyai keinginan untuk memperoleh keterampilan atau
pengetahuan baru, harus percaya bahwa dirinya betul-betul mampu belajar, dan
bahwa informasi yang didapatkan akan mempunyai dampak yang bermakna bagi
kehidupannya. Jika belajar hanya dianggap sebagai tugas belaka, maka besar
kemungkinannya akan mengalami kegagalan. Maka dari itu, sebagai langkah penting
pertama untuk memulai proses belajar, harus dapat menemukan AGB (Apa Gunanya
Bagiku).
2. A adalah Aquiring The Information
(Memperoleh Informasi)
Dalam belajar
seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap fakta-fakta dasar subyek
palajarran yang dipelajari melalui cara yang paling sesuai dengan pembelajaran
inderawi yang disukai. Tetapi juga ada perbedaan pokok sejauh mana seseorang
perlu melihat, mendengar, atau melibatkan diri secara fisik dalam proses
belajar. Dengan mengidentifikasi kekuatan visual, auditori dan kinestetik, maka
seseorang askan dapat memainkan berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan
informasi lebih mudah daripada sebelumnya.
Ada beberapa strategi yang ditawarkan Colin dan Malcolm dalam memperoleh informasi agar lebih mudah :
Ada beberapa strategi yang ditawarkan Colin dan Malcolm dalam memperoleh informasi agar lebih mudah :
a. Dapatkan gambaran yang lebih
menyeluruh tentang suatu obyek yang dimaksudkan. Otak atau pikiran mampu merasakan keseluruhan dan sebagian dari
suatu hal secara bersamaan. Otak secara aktif sibuk dalam “pembuatan makna”,
yaitu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, sementara secara
bersamaan memisahkan informasi ke dalam tempatnya masing-masing.
b. Kembangkan gagasan inti. Setiap
subyek pasti memiliki gagasan inti atau gagasan pokok. Dengan memahami gagasan
inti, segala sesuatunya yang lain akan mudah dimengerti. Sekali bisa memahami
gagasan pokoknya, seluruh subyeknya akan menjadi menarik.
c. Buat sketsa dari apa yang telah diketahui. Dalam memulai proses
belajar perlu membuat beberapa catatan tentang apa yang telah diketahui yang
berkaitan dengan apa yang akan dipelajari. Pertama-tama adalah mencatat apa
yang telah diketahui. Barulah kemudian mencatat apa saja yang dibutuhkan untuk
menemukan lebih banyak informasi yang terkait dengannya. Ini akan mendorong
untuk mulai merumuskan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran, kemudian mulai
mencari jawaban-jawabannya dan akhirnya akan melibatkan sepenuhnya seseorang dalam
proses belajarnya.
d. Bagi materi menjadi bagian-bagian kecil. Banyak pelajar yang gagal sebelum memulai belajar karena merasa apa
yang sedang dilakukan sangar membebani. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan
memecah-mecah apa yang sedang dipelajari ke dalam bagian-bagian kecil. Dengan
mendapatkan informasi bagian per bagian akan memperoleh sukses kecil yang
berkesinambungan tanpa tekanan mental.
e. Bertanyalah terus. Dengan
mempertanyakan terus apa yang belum diketahui akan membuat pikiran tetap fokus,
dengan mencari dan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun
akan menjaga ketertarikan terhadap subyek yang dipelajari.
f. Kenali gaya belajar sendiri.
Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan
menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah
disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita
belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah dan kedua,
cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut. Gaya belajar seseorang
adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Jika seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka
dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu agar belajar lebih cepat
dan lebih mudah. Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara
langkah-langkah pertama adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas
visual, auditorial, atau kinestetik. Seperti yang telah diusulkan
istilah-istilah ini, orang visual belajar dari apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik
belajar lewat gerak dan sentuhan. Mengidentifikasi dan memahami belajar
sendiri dan gaya-gaya belajar orang lain, akan membuka pintu untuk meningkatkan
kinerja dan prestasi serta memperkaya pengalaman dalam setiap aspek kehidupan.
Seseorang akan mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah, dapat
mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling disukai untuk menerima
informasi, dapat berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan
memperkuat pergaulan dengan orang lain.
3. S adalah Searching Out the
Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta
ke dalam makna adalah unsur pokok dalam proses belajar. Menanamkan informasi
pada memori mengharuskan seseorang untuk menyelidiki makna seutuhnya secara
seksama dengan mengeksplorasi bahan subyek yang bersangkutan. Mengubah fakta
menjadi makna adalah arena di mana ke delapan kecerdasan berperan aktif. Setiap
jenis kecerdasan adalah sumber daya yang bisa diterapkan ketika mengeskplorasi
dan menginterpretasi fakta-fakta dari materi pelajaran.
4. T adalah Triggering the Memory
(Memicu Memori)
Memori menjadi
bersifat menetap atau semestara, sangat tergantung pada bagaimana kekuatan informasi “didaftarkan” untuk pertama kalinya
pada otak. Itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk belajar dengan cara
melibatkan indra pendengaran, penglihatan, berbicara dan bekerja, serta yang
melibatkan emosi-emosi positif. Semua faktor tersebut membuat memori menjadi
kuat.
Di samping setiap orang memiliki berbagai tipe kecerdasan yang berbeda, mereka juga memiliki daya ingat (kemampuan mengingat) yang berbeda pula. Akan tetapi sebenarnya setiap jenis memori dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pelatihan yang benar. Dan berikut ini adalah beberapa metode untuk mengingat informasi yang sederhana maupun yang kompleks agar dapat tersimpan dalam memori:
Di samping setiap orang memiliki berbagai tipe kecerdasan yang berbeda, mereka juga memiliki daya ingat (kemampuan mengingat) yang berbeda pula. Akan tetapi sebenarnya setiap jenis memori dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pelatihan yang benar. Dan berikut ini adalah beberapa metode untuk mengingat informasi yang sederhana maupun yang kompleks agar dapat tersimpan dalam memori:
a. Memutuskan untuk mengingat
seseorang ingat sesuatu yang ingin dingatnya. Kata-kata kuncinya di sini
adalah ingin. Seseorang harus membuat keputusan secara sadar bahwa ingin
mengingat sesuatu. Jika seseorang ingin belajar sesuatu, harus memilihnya
secara sadar. Harus menentukan pilihan (keputusan) untuk mengingat atau tidak
mengingat.
b. Ambillah jeda, dan sering-seringlah. Dalam mengikuti
suatu sesi kerja yang lama perlu mengambil jeda atau rehat setidaknya setiap 30
menit, dan hanya butuh waktu 2 hingga 5 menit, tetapi akan menjadi istirahat
yang lengkap dari apa yang tengah dipelajari. Hal ini karena seseorang akan
mengingat dengan sangat baik informasi yang didengar atau dilihat pada awal dan
akhir suatu sesi belajar, maka dari itu dengan mengambil beberapa kali jeda,
akan mengingat lebih banyak informasi yang diberikan di tengah-tengah.
c. “Ulangi” selama dan sesudah belajar. Pengulangan
dan peninjauan kembali materi yang dipelajari merupakan tahap-tahap sangat
penting dalam menciptakan memori jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa
seseorang akan mengingat suatu informasi lebih lama setiap kali mengulanginya.
Jika ingin mengingat sesuatu yang baru, ulangilah hal itu segera, dan ulangi
lagi setelah 24 jam, lalu setelah satu minggu, setelah dua minggu, satu bulan
dan enam bulan.
d. Ciptakan Memori Multi-Sensori. Setiap
manusia memiliki memori terpisah atas apa yang dilihat, didengar, diucapkan,
dan dikerjakan. Karena itu, pengalaman multi-sensori akan memperluas dan
memperdalam potensi seseorang dalam mengingat. Maka, pastikan bahwa ada
pengalaman-pengalaman visual (lihat/pandang), auditori (dengar), dan kinestetik
(gerak-laku).
e. Ciptakan Akronim (Singkatan). Akronim
(singkatan) adalah kata yang dibentuk dari huruf atau huruf-huruf awal, atau
masing-masing bagian dari sekelompok kata, atau istilah gabungan. Membuat
berbagai akronim akan membuat lebih banyak memori menjadi menetap.
f. Kilatan Memori. Cara mengingat dengan
teknik kilatan memori sangat efektif dan sederhana. Pada kenyatannya ketika
cara itu digunakan di kelas, kebanyakan siswa memilihnya sebagai satu strategi
yang paling baik untuk mengingat. Berikut ini cara yang dimaksud :
1) Buat catatan dalam bentuk peta
konsep atau daftar ringkas
2)Pelajari dengan seksama selama
satu atau dua menit
3) Kesampingkan catatan itu, lalu buat lagi peta konsep berdasarkan ingatan.
4) Kini bandingkan kedua peta konsep, akan segera terlihat ada yang terlewat.
5) Sekarang buatlah peta konsep yang ketiga, kemudian bandingkan dengan yang pertama.
3) Kesampingkan catatan itu, lalu buat lagi peta konsep berdasarkan ingatan.
4) Kini bandingkan kedua peta konsep, akan segera terlihat ada yang terlewat.
5) Sekarang buatlah peta konsep yang ketiga, kemudian bandingkan dengan yang pertama.
g. Kartu Belajar. Beberapa subyek cukup
ideal bagi kartu-kartu belajar, misalnya rumus-rumus ilmiah atau kata-kata
asing. Gunakan kartu-kartu itu pada waktu santai untuk mengulang dan menguji
diri sendiri.
h. Belajar Secara Menyeluruh. Dalam
mempalajari bahan yang banyak jangan melakukannya baris demi baris, pelajarilah
secara menyeluruh sebagai satu kesatuan. Metode ini lebih efektif daripada
metode “dari bagian ke keseluruhan” karena metode ini dimulai dari gambaran
besar, pola yang menyeluruh, dan itu bersifat multi sensori.
i. Ubahlah Ke Dalam Bentuk Cerita. Seseorang
bisa menambahkan dimensi lain dengan membuat sebuah cerita untuk membantu
mengingat butir-butir kunci.
j. Iringi Dengan Musik. Dalam dunia
pendidikan, pengaruh musik terhadap peningkatan kemampuan akademik sudah cukup
lama diyakini, selain dapat berpengaruh positif terhadap kualitas kehidupan
anak-anak, juga dapat merangsang keberhasilan akademik jangka panjang. Musik
sebagai bentuk seni, diintegrasikan penyajiannya dalam bidang studi lain di
sekolah dapat meningkatkan hasil belajar bidang studi itu selain hasil belajar
musik sendiri. Musik dan ritme membuat seseorang lebih mudah mengingat. Hal ini
disebabkan karena musik sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi
fisiologis seseorang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung dan tekanan
darah menurun, dan otot-otot mengendur. Biasanya akan sulit berkonsentrasi
ketika benar-benar relaks, dan sulit untuk relaks ketika berkonsentrasi penuh.
Jadi relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu
berkonsentrasi.
5. E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa Yang Anda Ketahui).
Untuk mengetahui bahwa
seseorang telah paham dengan apa yang dipelajarinya bisa dilakukan dengan
beberapa teknik. Pertama, dengan menguji diri sendiri. Menguji diri harus
menjadi penjabaran otomatis dan langsung atas kemampuan yang dimiliki.
Kesalahan adalah umpan balik yang bermanfaat, kesalahan adalah batu loncatan,
bukan penghalang. Yang harus dipikirkan adalah bukan seberapa banyak kesalahan
yang dibuat, tetapi apa jenis kesalahan yang dilakukan. Kesalahan hanyalah
terminal-terminal sementara di jalan menuju sukses. Evaluasi dari teman sebaya
dan guru merupakan bagian penting dalam mencapai puncak pembelajaran, tetapi
yang paling penting adalah evaluasi mandiri. Kedua, mempraktikkan apa yang
dipelajari kepada teman atau sahabat. Jika seseorang bisa mengajarkan apa yang
diketahuinya kepada orang lain, maka hal ini menunjukkan bahwa dia telah paham,
dan pengetahuan itu tidak hanya diketahuinya, tapi juga dimilikinya. Ketiga,
menggunakan apa yang telah dipelajari secara bebas dan berjarak dari lingkungan
belajar. Karena itulah mengapa langkah “pamerkan apa yang diketahui” sangat
penting. Menggunakan apa yang telah dipelajari dalam cara yang berbeda,
meningkatkan, serta mengembangkannya adalah penguasaan yang sebenarnya.
Keempat, mencari dukungan dari orang lain, baik itu orang tua, atau teman
belajar. Melalui cara ini akan didapatkan umpan balik langsung tentang
ketepatan dan keefektifan cara belajar yang digunakan serta cara
menpresentasikannya.
6. R adalah Reflecting How You’ve
Learned (Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar)
Seseorang perlu
merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya pada apa yang telah
dipelajari, tetapi juga pada bagaimana mempelajarinya. Dalam langkah ini
seseorang meneliti dan menguji cara belajarnya sendiri. Kemudian menyimpulkan
teknik-teknik dan ide-ide yang terbaik untuk diri sendiri. Secara bertahap,
seseorang akan dapat mengembangkan suatu pendekatan cara belajar yang paling
sesuai dengan kemampuan dirinya. Langkah terakhir dalam rencana belajar ini
adalah berhenti, kemudian merenungkan dan menanyakan pertanyaan ini pada diri
sendiri: Bagaimana pembelajaran berlangsung? Bagaimana pembelajaran dapat
berjalan lebih baik? Dan apa makna pentingnya bagi saya?
Mengkaji dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat membantu mengubah karang penghalang yang keras menjadi batu pijakan untuk melompat ke depan. Sekali bisa mempelajari kombinasi personal kecerdasan dan cara belajar yang disukai, maka potensi belajar akan terbuka lebar-lebar. Konsep belajar mengajar dalam accelerated learning menuntut adanya interaksi antara guru dan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Harus ada prakarsa dari guru terlebih dahulu untuk selanjutnya mendapat respon dari siswa. Jadi, antara konsep belajar dan konsep mengajar harus berjalan beriringan. Dalam strategi pembelajaran guru dituntut mampu merancang strategi-strategi yang dapat menjadikan proses belajar berjalan dengan efektif dan efisien. Demikianlah tadi Prinsip,konsep dan strategi Belajar Cepat yang dipostingkan oleh Drs. H. Hamruni, M.Si mengenai teknik yang dikembangkan dalam rangka peningkatan kualitas dan kompetensi guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga guru mampu memainkan peranya sebagai media profesional. Sebenarnya masih banyak strategi lain yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya meningkatkan hasil belajar melalui teknik pemberian tugas pekerjaan rumah, meningkatan Hasil Belajar melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing, dan masih banyak lagi teknik-teknik asli yang dikembangkan oleh anak bangsa untuk dapat menghasilkan produk yang berkompeten
Mengkaji dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat membantu mengubah karang penghalang yang keras menjadi batu pijakan untuk melompat ke depan. Sekali bisa mempelajari kombinasi personal kecerdasan dan cara belajar yang disukai, maka potensi belajar akan terbuka lebar-lebar. Konsep belajar mengajar dalam accelerated learning menuntut adanya interaksi antara guru dan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Harus ada prakarsa dari guru terlebih dahulu untuk selanjutnya mendapat respon dari siswa. Jadi, antara konsep belajar dan konsep mengajar harus berjalan beriringan. Dalam strategi pembelajaran guru dituntut mampu merancang strategi-strategi yang dapat menjadikan proses belajar berjalan dengan efektif dan efisien. Demikianlah tadi Prinsip,konsep dan strategi Belajar Cepat yang dipostingkan oleh Drs. H. Hamruni, M.Si mengenai teknik yang dikembangkan dalam rangka peningkatan kualitas dan kompetensi guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga guru mampu memainkan peranya sebagai media profesional. Sebenarnya masih banyak strategi lain yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya meningkatkan hasil belajar melalui teknik pemberian tugas pekerjaan rumah, meningkatan Hasil Belajar melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing, dan masih banyak lagi teknik-teknik asli yang dikembangkan oleh anak bangsa untuk dapat menghasilkan produk yang berkompeten
GURU DAN HASIL BELAJAR SISWA
Guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang
pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai
guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru
yang profesional harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran
dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya perlu dibina dan dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.Tugas dan peran guru
tidakalah terbatassi dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya guru
merupakan komponen strategis yang memilih peran penting dalam menentukan gerak
maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting,
apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi
keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintas perjalanan zaman dengan
teknologi yang kian cangggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang
cenderung memberi nuansa kepada kehudupan yang menuntut ilmu dan seni dalam
kadar dinamika untuk mengadaptasikan diri.Semakin akurat para guru melaksanakan
fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kendala
sebagai seorang pembangunan. dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa
dimasa depan tercermin dari potret dari guru masa kini, dan gerak maju dinamika
kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah
masyarakat.
Bila diterusir
secara mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses
pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi inttrksi antara berbagai
kelompok pengajaran. Komponen-komponen itu dapat di kelompokan ke dalam tiga
kategori utama yaitu:
1) Guru
2) Isi atau materi pelajaran
3) Siswa
Intraksi antara ketiga komponen
utama melibatkan sarana dan prasaran, seperi metode, media, dan penataan
lingkungan tempat belajara, sehingga tercipta situasi belajar-mengajar yang
memingkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
a. Merencanakan
Perencanana yang dibuat , merupakan
antisipasi dan perkiraan tentang apa yang dilakukan dalam pengajaran, sehingga
tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang
dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang diharapakan.
- Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh siswa seelah terjadinya proses belajar mengajar.
- Bahan plajran yang dapat mengantarkan siswa dapat mencapai tujuan.
- Bagaimanakah proses belajar mengajar yang akn dicapai oleh guru agar siswa mencapai tujuan secra efektif dan efesien.
- Bagaiman menciptakan dan menggunakan dan alat enggunakn untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak.
b. Melaksanakan pengajaran
Pelaksanaan pengajaran selayaknya
berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang di
hadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap
proses belajar mengajar itu sendiri. Oleh sebab itu, guru sepatutnya peka
terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuai pola tingkah
lakunyadalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Situasi pengajaran
itu sendiri banyak dipengaruhi oleh factor-faktor sebagi berikut:
Faktor guru
Setiap guru memiliki pola mengajar
sendiri-sendiri. Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu
melaksanakan pengajaran. Dianne lapp, dkk (1975:1) menamakan pola umum tingkah
laku mengajar yang dimiliki guru dengan istilah ” gaya mengajar atau teaching
style” gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru
bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar,
konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.
Faktor siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman
dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing
siswa itu meliputi potensial yang me mungkinkan untuk dikembangkan, seperti
bakat dan kecerdasan: maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar.
Keragaman dalam kecakapan dan keoribadian ini dapat mempengaruhi terhadap
situasi yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
Faktor kurikulum
Bahan pelajaran sebagai isi
kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula pola intraksi
guru-siswa. Oleh sebab itu, tujuan yang hendak dicapai itu secra khusus
menggambarkan bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai
siswa melalui proses belajar beraneka ragam.
Faktor lingkungan
Novak dan gowin ( 1984: 6 )
mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar dengan istilah “milieu” yang
berarti konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini meliputi keadaan
ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau
sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan ini pun dapat
menjadi salah satu factor yang mempengaruhi situasi bealajar
Sehubungan dengan keempat factor
yang disebutkan di atas, guru memegang peranan penting dalam menciptakan
situasi, sehingga proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
c. Memberikan Balikan
Menurut stone dan nielson ( 1982:11
) balikan mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara minat dan antusias
siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Salah satu alasan yang diemukakan adalah,
bahwa belajaritu ditandai oleh adanya keberhasilan dan kegagalan.
Upaya memberikan balikan harus
dilakukan secar terus menerus. Dengan demikian, minat dan antusias siswa dalam
belajar selalu terpelihara. Upaya itu dapat dilakukan dengan jalan evaluasi. Hasil
evaluasi itu sendiri harus dibertahukan kepada siswa yang bersangkutan,
sehingga mereka dapat mengetahui letak keberhasilan dan kegagalannya. Evaluasi
yang demikain benar-benar berfungsi sebagai balikan, baik guru maupun bagi
siswa.
Di dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, guru dituntut untuk memiliki keterampilan bertalian dengan jawaban
terhadap situasi pertanyaan, yakni bagaimana menyelenggarakan pengajaran yang
dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang direncanakan.
Persyaratan-persyaratan itu meliputi:
1. Penguasaan materi pelajaran.
Materi pelajaran merupakan isi
pengajran yang di bawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sulit
dibayangkan bila seorang guru mengjar tampa menguasai materi pelajaran. Bahkan
lebih dari itu, agar dapat mencapi hasil yang lebih baik, guru perlu menguasai
bukan hanya sekedar materi tertentu yang merupakan bagian dari suatu mata pelajaran
(subject matter) saja tetapi penguasaan yang lebih luas terhadap materi itu
sendiri dapat menuntun hasil yang lebih baik.
Penguasaan materi secara baik yang
menjadi bagia dari kemampuan guru, biasanya merupakan tuntutan pertama dalam
profesi keguruan.
2. Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip psikologi
Prinsip-prinsip psikologi yang
biasanya merupakan hasil penelitian para ahli, menjelaskan tingkah laku manusia
dalam berbagai konteks mengajar pada intinya bertalian dengan proses mengubah
tingkah laku. Agar memperoleh hasil yang diinginkan dengan baik.perlu
menerapkan pinsip-prinsip psikologi, terutama yang berkaitan dengan belajar.
Di samping itu, para ahli baik
ahli pendidikan maupun ahli psikologi mengakui adanya perbedaan individual yang
dimiliki oleh setiap individu. Perbedaan- perbedaan itu meliputi kecerdasan,
bakat, minat, sikap, harapan, dan aspek-aspek kepribadaian lainya. Dengan
bepegang kepada prinsip perbedaan individual ini guru dapat mencari strategi
belajar mengajar yang tepat agar proses belajar mengajar yang dilaksanakn
mencai hasil yang optimal.
3. Kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Kemampuan melaksanakan proses
belajar-mengajar merupakan salah satu persyaratan utama seorang guru dalam
mengupayakan hasil yang baik dari pengajaran yang dilaksanakan, kemampuan ini
memerlukan landasan konseptual dan pengalaman praktek.
Mengajar dalam prakteknya merukan
suatu proses penciptaan lingkungan, baik dilingkungan guru maupun lingkungan
siswa agar terjadi proses belajar siswa.
4. Kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi baru
Secara formal maupun professional
tugas guru seringkali mengahadapi berbagai permasalahan yang timbul akibat
adanya berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan tugas profesionalnya.
Perubahan dalam bidang kurikulum, pembaharuan dalam system pengajaran, serta
anjuran-anjuran dari “atas” untuk merapkan konsep-konsep “baru” dalam
pelaksanan tugas, seperti CBSA (cara belajar siswa aktif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar